welcome to my blog... sweet strawberry's diary..

tulisan yang ku tulis untuk mendeskripsikan perjalananku....

Mengenai Saya

Foto saya
banyak hal yang saya rasakan ketika menulis... saya suka menulis,dulu, sekarang dan saya ingin terus dapat menulis selagi saya bisa.. walaupun saya tidak tahu isi dari tulisan saya.. setidaknya ketika saya menulis saya menemukan identitas diri saya..

Jumat, 13 Januari 2012

LAPORAN ETOLOGI PROSES MENUTUPNYA BUNGA SEPATU (Hibiscus rosasinensis)

PROSES MENUTUPNYA BUNGA SEPATU (Hibiscus rosasinensis)

A. Latar Belakang

Bunga sepatu merupakan salah satu tanaman hias yang digemari untuk memperindah taman karena bunganya yang menarik dan mudah ditanam. Salah satu taman yang menanam bunga ini adalah taman auditorium Universitas Negeri Yogyakarta. Di taman auditorium ini banyak terdapat tanaman bunga sepatu yang beraneka ragam warnanya. Pada pagi hari, ketika melewati taman auditorium ini kami melihat adanya fenomena yang menarik pada tanaman bunga sepatu yaitu ada beberapa bunga yang menutup tetapi bukan kuncup. Setelah melalui penyelidikan lebih lanjut ternyata bunga yang sudah menutup tersebut kemudian layu dan mati. Dari fakta ini kami menyimpulkan bahwa bunga sepatu hanya mekar pada waktu pagi hingga siang dan menutup pada sore harinya. Untuk itu kami ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kapan bunga sepatu mulai menutup dan lama waktu yang dibutuhkan untuk menutup secara sempurna.

B. Rumusan Masalah

1. Kapan bunga sepatu mulai menutup?

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan mahkota bunga sepatu dalam proses menutup secara sempurna?

3. Faktor apakah yang mempengaruhi menutupnya bunga sepatu?

C. Tujuan

1. Mengetahui waktu menutup pertama bunga sepatu.

2. Mengetahui waktu yang diperlukan dalam proses menutupnya bunga sepatu secara sempurna.

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi menutupnya bunga sepatu.

D. Metode Pengamatan

1. Lokasi dan waktu

Lokasi: Taman auditorium UNY

Waktu:

a. Pengamatan awal :

i. Hari : Jumat dan Sabtu tanggal 21-22 Oktober 2011

ii. Pukul : 05.00 WIB – 08.00 WIB

b. Pengamatan ke dua

i. Hari : Sabtu tanggal 29 Oktober 2011 dan Senin 31 Oktober 2011

ii. Pukul : 15.30 WIB – 18.30 WIB

2. Alat dan bahan

a. tanaman bunga sepatu

b. jam tangan

c. kamera digital

d. luxmeter

e. hygrometer

f. Alat tulis

3. Variabel amatan waktu menutupnya bunga sepatu

a. Waktu menutupnya bunga sepatu

b. intensitas cahaya

c. kelembaban udara

4. Prosedur

a. Menentukan sampel tanaman yang akan dijadikan obyek pengamatan

b. Menentukan waktu awal pengamatan

c. Melakukan pengamatan bunga sepatu yang telah ditentukan (Bunga sepatu yang mekar dan akan menutup)

d. Mengukur intensitas cahaya dan kelembaban udara

e. Mencatat waktu yang diperlukan selama proses menutupnya mahkota bunga sepatu

f. Mencatat hasil pengamatan pada tabel

g. Menganalisis data

E. Tabel Data Pengamatan

1. Tabel Pengamatan Menutupnya Bunga Sepatu

Sabtu, 29 Oktober 2011

No.

Waktu

Intensitas Cahaya (Cd)

Kelembaban Udara (%)

Bunga 1

Bunga 2

1

15.30 WIB

Luxmeter yang dibawa tidak dapat menyala, sehingga tidak dapat melakukan pengukuran intensitas cahaya.

Suasana pada waktu pengamatan mendung berawan.

-

2

15.45 WIB

-

3

16.00 WIB

-

4

16.15 WIB

-

5

16.30 WIB

-

6

16.45 WIB

-

7

17.00 WIB

61

8

17.15 WIB

-

9

17.30 WIB

65

10

17.45 WIB

78

11

18.00 WIB

80

12

18.15 WIB

80

13

18.30 WIB

80

2. Tabel Pengamatan Menutupnya Bunga Sepatu

Hari : Senin, 31 Oktober 2011

No.

Waktu

Intensitas Cahaya (Cd)

Kelembaban Udara (%)

Bunga 1

Bunga 2

1

15.30 WIB

13,25

9,5

67

2

15.45 WIB

13,01

8,88

65

3

16.00 WIB

9,13

6,9

67

4

16.15 WIB

8,33

7,95

68

5

16.30 WIB

4,59

3,95

70

6

16.45 WIB

6,5

6,55

70

7

17.00 WIB

2,93

2,92

72

8

17.15 WIB

1,25

1,16

74

9

17.30 WIB

0,34

0,33

75

10

17.45 WIB

0,03

0,03

75

11

18.00 WIB

0

0

79

12

18.15 WIB

0

0

80

13

18.30 WIB

0

0

F. Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui waktu menutup pertama bunga sepatu, mengetahui waktu yang diperlukan dalam proses menutupnya bunga sepatu secara sempurna, mengetahui faktor yang mempengaruhi menutupnya bunga sepatu. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu bunga sepatu yang berwarna merah muda, jam tangan, kamera digital, luxmeter, hygrometer, dan alat tulis.

Sebelum melakukan pengamatan kami melakukan pengamatan pendahuluan yang dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 21 dan 22 Oktober 2011 pada pukul 05.00- 08.00 WIB. Bunga sepatu mulai mekar dari kuncupnya pada pagi hari hingga siang hari dan mulai menutup pada waktu sore hari. Dari pengamatan pendahuluan, kami menemukan bahwa bunga sepatu hanya mekar 1 hari setelah itu layu dan mati. Dari fakta tersebut kami ingin mengetahui lebih lanjut waktu menutup pertama bunga sepatu dan waktu yang diperlukan dalam proses menutupnya bunga sepatu. Untuk pengamatan lanjutan kami melakukan pengamatan padada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2011 dan Senin tanggal 31 Oktober 2011 pukul 15.30 – 18.30 WIB.

Setelah melakukan pengamatan, kami menemukan bahwa bunga sepatu menunjukkan tanda- tanda mulai menutup sekitar pukul 15.30 WIB. Namun, tanda- tanda tersebut tidak serentak ditunjukkan oleh semua bunga, kami menduga bahwa intensitas cahaya yang mempengaruhi proses ini, hal ini ditunjukkan dengan posisi bunga sepatu yang ternaungi menutup lebih cepat daripada yang tidak ternaungi. Kami mengambil gambar bunga dan mencatat intensitas cahaya dan kelembaban udara setiap 15 menit. Kami memilih waktu setiap 15 menit karena berdasarkan pengalaman pengamatan pendahuluan, intensitas cahaya akan mengalami perubahan yang cukup cepat. Dari data yang kami peroleh kelembaban udara tidak begitu mempengaruhi proses menutupnya bunga karena pada kelembaban udara berapapun jika intensitas cahaya rendah, bunga tersebut akan menutup. Fakta lain yang kami temukan adalah ketika intensitas cahaya di atas 7,9 tanda- tanda menutupnya tidak begitu jelas terlihat namun ketika intensitas cahaya di bawah 6- 0 proses menutupnya bunga sangat jelas terlihat. Selain intensitas cahaya ada dugaan yang mempengaruhi menutpnya bunga sepatu adalah spectrum cahaya matahari. Namun, kami tidap dapat mengukur spectrum cahaya tersbut dikarena keterbatasan alat dan belum menemukan referensi terkait hal tersebut. Dalam pengamatan yang kami lakukan diketahui bahwa proses menutupnya bunga sepatu berwarna merah muda membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk dapat menutup secara sempurna.

G. Simpulan

Bunga sepatu menunjukkan tanda- tanda mulai menutup pada intensitas 7,9 cd

Waktu yang diperlukan untuk dapat menutup secara sempurna sekitar 3 jam

faktor yang mempengaruhi menutupnya bunga sepatu adalah intensitas cahaya


Oleh:

Sri Bekti Utami (08304241021)

Tuttus Sufi KLPS (08304241022)

Janti Marchela S. (08304241033)

Fransiska Riana VH. (08304241037)

Pendidikan Biologi Subsidi



Laporan mikroteknik pembuatan preparat squash

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT SQUASH









Disusun oleh:

1.

M. Radian Nur A.

08304241034

2.

Errischa Megawati

08304241035

3.

Titis Nindiasari A.

08304241036

4.

Fransiska Riana Veni H.

08304241037

Prodi Pendidikan Biologi Subsidi 2008


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010



PEMBUATAN PREPARAT SQUASH

A. TUJUAN KEGIATAN



Membuat Preparat untuk mengamati pembelahan mitosis pada akar bawang Allium cepa dan untuk menghitung jumlah kromosomnya

B. ALAT DAN BAHAN

1) Ujung akar Allium cepa (bawang merah)

2) HCL 1 M


3) Acetocarmin

4) Alkohol absolut –asam asetat (3:1)

5) Botol Flakon

6) Gelas benda dan penutupnya

7) Mikroskop

C. PROSEDUR KEGIATAN

1) Potong ujung akar Allium cepa dengan panjang 1 cm

2) Membuat larutan fiksasi dalam botol flakon dengan mencampurkan alcohol absolute dan asam asetat dengan perbandingan 3 : 1 (3 ml alcohol absolute + 1 ml asam asetat)

3) Memasukan potongan Allium cepa ke dalam larutan fiksasi.

4) Menfiksasi potongan akar Allium cepa selama jam di dalam kulkas. (bukan freezer)

5) Setelah 24 jam, mengambil fiksasi potongan akar Allium cepa dan dicuci dengan air biasa, pencucian di ulang sebanyak tiga kali.

6) Memasukan 1 ml HCl 1 M hingga semua poton

gan akar Allium cepa terendam.

7) Memanaskan di atas penangas air selama 8 menit dengan suhu 50-60o C

8) Mencuci akar Allium cepa dengan air sebanyak 3 kali, kemudian diwarnai dengan Asethokarmin dan dibiarkan selama 3 menit.

9) Mencuci akar Allium cepa yang telah diwarnai dengan air sebanyak 3 kali.

10) Mengambil 1 akar kemudian diletakan di gelas benda kemudian tutup dengan kaca penutup.

11) Menetak kaca penutup tepat di atas akar yang akan dia

mati untuk mendapatkan stsruktur akar yang tipis dan jelas diamati menggunakan mikroskop

12) Mengamati akar Allium cepa dengan menggunakan mikroskop.

D. HASIL PENGAMATAN

No

Gambar

Keterangan





A. Fase telofase awal




A


B. Fasetelofase akhir

E. PEMBAHASAN

Kegiatan ini bertujuan untuk membuat preparat untuk mengamati pembelahan mitosis pada akar bawang Allium cepa dan untuk menghitung jumlah kromosomnya. Praktikum ini mengguanakan Allium cepa karena pertumbuhan akar Allium cepa relatif cepat. Sehingga tidak memakan banyak waktu.

Tahap pertama dalam kegiatan ini adalah dengan memotong akar Allium cepa sepanjang 1 cm sebanyak 20 potong. Potongan dengan ukuran yang kecil ini diharapkan bisa masuk ke dalam botol flakon. Jumlah yang banyak dari potongan akar dimaksudkan sebagai antisipasi jika pada saat pengamatan ada potongan akar yang rusak. Pemotongan kami lakukan pada pukul 13.30 WIB. Tahap ke 2 adalah fiksasi potongan akar Allium cepa . Tujuan dari fiksasi ini adalah agar aktivitas sel pada saat dipotong tidak berlanjut ketahapan berikutnya tetapi tetap dalam kondisi yang sama dengan kondisi pada saat sel itu di potong. Fiksasi ini menggunakan alkohol absolute dan asam asetat. Keduanya dicampur dengan perbandingan 3 : 1 (3 ml alcohol absolute + 1 ml asam asetat). Fungsi alcohol dalam hal ini adalah untuk menyegarkan kembali sel-sel yang telah dimasukan ke dalam freezer semalaman. Sementara asam asetat berfungsi untuk mengembangkan sel. Percampuran dua fungsi yang berbeda ini dapat mempertahankan kondisi sel. Tahap ke 3 adalah mencuci dengan air sebanyak 3 kali. Tujuan pencucian adalah agar potongan akar bersih dari campuran larutan fiksasi. Tahap selanjutnya adalah menambahkan 1 ml HCL 1 N ke dalam botol flakon. Hal ini dilakukan sebagai permulaan dalam proses maserasi.

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan yang bertujuan untuk mendegradasi. Sampel HCl dipilih karena HCl merupakan salah satu asam kuat yang dapat mendegradasi batas antarsel sehingga sel terpisah secara sempurna. Reaksi antara potogan akar dengan HCl akan berlangsung cepat apabila dipanaskan pada suhu 50-60oC. maserasi yang dilakukan akan membuat sel-sel terpisah dengan sempurna sehingga mempermudah dalam pengamatan. Pada proses pemanasan ini suhu tidak boleh melebihi 60oC karena akan merusak sel. Sebaliknya ketika di panaskan di bawah suhhu 50oC maka reaksi akan lambat. Selanjutnya setelah proses maserasi selesai, potongan akar kembali dicuci sebanyak 3 kali utnuk menghilangkan sisa-sisa HCl. Setelah dicuci potongan akar diwarnai menggunakan asethocarmin. Tujuan pewarnaan adalah agar sel-sel teramati dengan jelas menggunakan mikroskop terutama pada kromosomnya. Karena kromosom mengikat kuat warna dari asethokarmin. Hal ini akan memudahkan dalam mengidentifikasi tahap-tahap pembelahan mitosis pada sel. Karena tahap-tahap pembelahan mitosis dapat diketahui dengan cara melihat kondisi dan posisi kromosom. Setelah pewarnaan, potongan akar Allium cepa dicuci dengan air sebanyak tiga kali, kemudian akar diletakan pada gelas benda dan ditutup dengan kaca penutup. Setelah itu, kaca penutup ditekan dengan jari, hal ini dilakukan agar kita mendapatkan potongan akar Allium cepa yang lebih tipis sehingga mudah diamati menggunakan mikroskop. Langkah berikutnya adalah meletakan preparat segar pada meja object mikroskop, kemudian mengatur perbesarannya sehingga di dapatkan bayangan preparat yang jelas, yaitu pada perbesaran 600x.

Pada saat pengamatan kami menemukan sel-sel yang berada dalam fase telofase awal dan telofase akhir. Hal ini kami ketahui dengan melihat sekat (dinding yang pertama kali terbentuk sebagai pemisah antara 2 sel yang baru membelah) yang mulai terbentuk. Sehingga kami menyimpulkan bahwa sel tersebut sedang berada dalam fase telofase awal. Adapun sel lain yang dapat kami amati memiliki ciri-ciri bagiannya sudah utuh, dinding selnya terlihat jelas sehingga kami simpulkan sel tersebut berada dalam fase Telofase akhir. Pada pengamatan kali ini kami tidak dapat melihat kromosom yang terdapat pada inti sel, hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang kami gunakan.

Pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya kekurangan dalam pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang praktikan lakukan kurang maksimal diantaranya :

1. Kurangnya pengalaman praktikan pada praktikum “Pembuatan Preparat Squash”

2. Keterbatasan waktu untuk melakukan pratikum.

3. Keterbatasan alat-alat yang tersedia.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan praktiktum pembuatan preparat squash dan pembahasan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan preparat squash untuk mengamati pembelahan mitosis pada akar Allium cepa berhasil kami lakukan tetapi kami tidak berhasil menghitung jumlah kromosomnya. Fase pembelahan yang berhasil kami amati adalah fase pembelahan telofase awal dan fase telofase akhir.

G. DAFTAR PUSTAKA

Ratnawati, dkk.2010.Petunjuk Pratikum Mikroteknik.FMIPA UNY: Yogyakarta