welcome to my blog... sweet strawberry's diary..

tulisan yang ku tulis untuk mendeskripsikan perjalananku....

Mengenai Saya

Foto saya
banyak hal yang saya rasakan ketika menulis... saya suka menulis,dulu, sekarang dan saya ingin terus dapat menulis selagi saya bisa.. walaupun saya tidak tahu isi dari tulisan saya.. setidaknya ketika saya menulis saya menemukan identitas diri saya..

Minggu, 05 Agustus 2012

ORGANISME DAN BAHAN ORGANIK TANAH MATA KULIAH BIOLOGI TANAH


ORGANISME DAN BAHAN ORGANIK TANAH
MATA KULIAH BIOLOGI TANAH
 Disusun oleh :
Septiana Retno                                       08304241012
Siti Wachidatun                                     08304241027
Eri Styawan                                           08304241009
Fransiska Riana Veni Hastari                 08304241037                          




JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya organisme tanah dapat dikelompokkan menjadi mikoflora ataum mikroorganisme tanah (baktteri, jamur, aktinomisetes dan ganggang), dan fauna tanah. Bakteri adalah organism yang paling dominan dalam tanah dengan populasi bisa melebihi 108 per gram tanah dan memiliki 104-106  spesies. Atinomisetes merupakan organism kedua terbesar jumlahnya di dalam tanah dengan populasi 106-107, sedangkan jamur merupakan organism terbesar ketiga jumlahnya di dalam tanah dengan 104-106 per gram tanah. Fauna tanah ukurannya bervariasi dari ukuran mikroskopis (mikrofauna) sampai dengan yang berukuran lebih besar seperti cacing tanah dan mamalai kecil yang disebut makrofauna.  Jumlah fauna tanah dalam tanah sangat bervariasi, berkisar dari sedikit sampai 106 per gram tanah. Bersama-sama akar tanaman , mikroorganisme dan fauna tanah membentuk komponen biota yang berperan penting dalam proses biogeokimia dalam tanah.
Di dalam tanah, masing-masing organisme memainkan peran penting dalam ekosistem, terutama terkait dengan aliran energy dan siklus unsure hara sebagai akibat dari aktivitas utama organism hidup, yaitu tumbuh dan berkembang. Organism tanah melakukan proses pelapukan bahan organic yang member kontribusi pada kesehatan tanah. Tanah yang sehat adalah tanah yang produktif, yaitu tanah yang mempu menyangga pertumbuhan tanaman dan aktivitas organism tanah, sesuai dengan jenis tanah dan iklim tertentu. Keberadaan bahan organic (yang oenting untuk penyediaan unsure hara dan untuk mempertahankan struktur tanah), tidak adanya kendala fisik dan kimia untuk pertumbuhan tanaman (misalnya keasaman, slinitas, kondisi tergenang, pemadatan dan akumulasi senyawa beracun), serta tidak adanya kendala biologi untuk pertumbuhan tanaman (misalnya penyakit akar), semuanya mencerminkan tanah yang sehat proses biologi, fisika dan kimia tanah saling terkait dan semuanya berkontribusi pada produktivitas tanman. Oleh karena itu, tiongkatan aktivitas biologi tanah tidak hanya diperngaruhi oleh jenis tanah, tetapi juga dipengaruhi oleh jenis pengelolaan yang diterapkan, teutama pengelolaan bahan organic. Perubahan yang terjadi pada lingkungan fisik dan kimia tanah akan mempengaruhi proses-proses Biologi yang ada pada gilirannya mempengaruhi kesuburan tanah secara keseluruhan. Secara ringkas beberapa fungsi organism tanah disajikan pada table berikut:
No
Jenis Organisme Tanah
Fungsi Utama
1


2


3



4

5

6

7



8




9
Fotosintesis: ganggang, bakteri

Perombak : bakteri, jamur


Mutualis: bakteri, jamur



Pathogen: bakteri, jamur

Parasit: bakteri, jamur

Pemakan akar: Nematoda, arthropoda
Pemakan bakteri: Protozoa, Nematoda


Penggerek: Cacing tanah, arthropoda



Predator tingkat tinggi: Nematoda memakan Nematoda, Arthropoda lebih besar (tikus, burung, dan hwan lain di atas tanah)
Menangkap energy: menggunakan energy matahari untuk menambat CO2, memasok bahan organic ke dalam tanah.
Melapukkan residu: Imobilisasi hara dalam biomassanya; mengahasilkan senyawa organic baru sebagai sumber energy dan nutrisi organism lain.
Memperbaiki pertumbuhan tanaman; melindungan tanaman dari pathogen; beberapa bakteri menambatkan N2; asosiasi mikoriza dengan akar dapat memasok hara seperti P, dan air ke tanaman.
Menyebabkan penyakit; memakan akar dan bagian lain tanaman.
Parasit pada nematode atau insekta, termasuk organism penyebab penyakit.
Memakan akar tanaman; menurunkan hasil tanaman.

Memakan bakteri; melepaskan N tersedia (NH4+) dan hara lain ketika memakan bakteri; mengendalika organism pemakan akar yang lain atau organism penyebab penyakit.
 Melapukkan residu dan memperbaiki struktur tanah; menggerek seresah tanaman kerika memakan bakteri dan jamur; menyedikan habitat untuk bakteri dalam pellet kotorannya; memperbaiki struktur tanah karena menghasilkan pellet kotoran dan menggali tanah
Mengendalikan populasi; mengendalikan polulasi predator organism yang lebih besar; memperbaiki struktur tanah dengan cara penggalian tanah; organism lebih besar mebawa organism lebih kecil ke lokasi lebih jauh ke dalam tanah.

B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah peran organisme tanah terhadap bahan organik tanah?
2.         Bagaimanakah peran bahan organik tanah dalam kehidupan organism tanah?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bahan Organik tanah
Bahan  organik  adalah  bagian  dari  tanah  yang  merupakan  suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi  oleh  faktor  biologi,  fisika,  dan  kimia  (Kononova,  1961).Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,  bahan  organik  terlarut  di  dalam  air,  dan  bahan  organic yang stabil atau humus.
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
 Bahan  organik  memiliki  peran  penting  dalam menentukan kemampuan tanah  untuk  mendukung  tanaman,  sehingga  jika  kadar  bahan  organik  tanah menurun,  kemampuan  tanah  dalam  mendukung  produktivitas  tanaman  juga menurun.  Menurunnya  kadar  bahan  organik  merupakan  salah  satu  bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi  negara  berkembang  karena intensitasnya  yang  cenderung  meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.  Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi  tanah.
Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik  terhadap sifat  fisik,  kimia maupun  biologi  tanah,  antara  lain  sebagai  berikut  (Stevenson, 1994):
1.         Berpengaruh  langsung  maupun  tidak  langsung  terhadap  ketersediaan  hara. Bahan organik secara  langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun  unsur  hara  esensial  lainnya.  Secara  tidak  langsung  bahan  organik membantu  menyediakan  unsur  hara  N  melalui  fiksasi  N2  dengan  cara menyediakan  energi  bagi  bakteri  penambat  N2,  membebaskan  fosfat  yang difiksasi  secara  kimiawi  maupun  biologi  dan  menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.         Membentuk  agregat  tanah  yang  lebih  baik  dan  memantapkan  agregat  yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.         Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.         Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.         Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah
6.         Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.          Meningkatkan suhu tanah
8.         Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.          Meningkatkan  organisme  saprofit  dan  menekan  organisme  parasit  bagi tanaman. 
Selain  memiliki  dampak  positif,  penggunaan  bahan  organik  dapat  pula
memberikan  dampak  yang  merugikan.  Salah  satu  dampak  negatif  yang  dapat
muncul  akibat  dari  penggunaan  bahan  organik  yang  berasal  dari  sampahkota
adalah meningkatnya  logam  berat  yang  dapat  diasimilasi  dan  diserap tanaman, meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil,  fenol,  hidrocarburate  polisiklik  aromatic,  dan  asam-asam  organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997).
Faktor  yang  mempengaruhi  pembentukan  tanah  juga  harus  diperhatikan karena  mempengaruhi  jumlah  bahan  organik. Miller  et  al.  (1985) berpendapat bahwa  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  jumlah  bahan  organik  dalam  tanah adalah  sifat  dan  jumlah  bahan  organik  yang  dikembalikan,  kelembaban  tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara. 
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  dekomposisi  bahan  organik  dapat
dikelompokkan dalam  tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis
tanaman,  umur  tanaman  dan  komposisi  kimia,  2) faktor  tanah  termasuk  aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan  tingkat kesuburan, dan 3)  faktor  iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan  organik  secara  umum  dibedakan  atas  bahan  organik  yang  relatif sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi  senyawa yang  lebih  sederhana,  termasuk  di  dalamnya  adalah bahan organik yang mengandung senyawa  lignin, minyak,  lemak, dan resin yang umumnya  ditemui  pada  jaringan  tumbuh-tumbuhan;  dan  bahan  organik  yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H,  termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.  
Dari berbagai aspek  tersebut,  jika kandungan bahan organik  tanah cukup,  maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam  tanah dapat berkurang hingga 35% untuk  tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya.
1.                     Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah
  Bahan organik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
a.                      Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah.  Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel lempung dengan membentuk komplek lempung-logam-humus (Stevenson, 1982). Pada tanah pasiran bahan organik dapat diharapkan merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
  Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan organik ini dapat digolongan dalam empat bentuk:
1)                     Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes. Melalui pengikatan secara fisik butir-bitir primer oleh miselia jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk agregat walaupun tanpa adanya fraksi lempung
2)                      Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian–bagian positip dalam butir lempung dengan gugus negatif (karboksil) senyawa organik yang berantai panjang (polimer)
3)                     Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian – bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif (karboksil) senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan basa-basa Ca, Mg, Fe dan ikatan hydrogen
4)                     Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugus positif (gugus amina, amida, dan amino) senyawa organik berantai panjang (polimer) (Seta, 1987). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di regosol, yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999).
  Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat
meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat,pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.
  Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Pada tanah halus lempungan, pemberian bahan organik akan meningkatkan pori meso dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan menurunkan pori yang terisi air, artinya akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat. Terbukti penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat volume tanah (Wiskandar, 2002). Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman, karena aerasi terkait dengan O2 dalam tanah. Dengan demikian aerasi tanah akan mempengaruhi populasi mikrobia dalam tanah. 
  Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang . Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Scholes et al., 1994). Terbukti penambahan pupuk kandang di Andisol mampu meningkatkan pori memegang air sebesar 4,73 % (dari 69,8 % menjadi 73,1 %) (Tejasuwarna, 1999). Pada tanah berlempung dengan penambahan bahan organik akan meningkatkan infiltrasi tanah akibat dari meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya pori mikro. 
  Peran bahan organik yang lain, yang mempunyai arti praktis penting terutama pada lahan kering berlereng, adalah dampaknya terhadap penurunan laju erosi tanah. Hal ini dapat terjadi karena akibat dari perbaikan struktur tanah yaitu dengan semakin mantapnya agregat tanah, sehingga menyebabkan ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan meningkat. Di samping itu, dengan meningkatnya kapasitas infiltrasi air akan berdampak pada aliran permukaan
dapat diperkecil. sehingga erosi dapat berkurang (Stevenson, 1982).  

b.                     Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982). Kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman.
Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun humus tidak semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Sumber utama muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil  (-COOH) dan fenolik (-OH)nya (Brady, 1990). Dilaporkan bahwa penambahan jerami  10 t ha–1 pada Ultisol mampu meningkatkan 15,18 % KPK tanah dari 17,44 menjadi 20,08 cmol (+) kg–1 (Cahyani, 1996). Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari nilai pH larutan tanah. Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan terikat kuat pada gugus aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positip  (-COOH2+ dan –OH2+), sehingga koloid koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, akibatnya KPK turun. Sebaliknya dalam suasana alkali (pH tinggi) larutan tanah banyak OH-akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan negatif (-COO-dan –O-), sehingga KPK meningkat (Parfit, 1980). Dilaporkan bahwa penggunaan bahan organik (kompos) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap karakteristik muatan tanah masam (Ultisol) dibanding dengan pengapuran (Sufardi et al.,
1999).
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman. Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdel dan Nelson, 1974). Nasib dari amonium ini antara lain dapat secara langsung diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserap oleh sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci melalui air drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk dan aerasi terbatas) (Killham, 1994).
  Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Stevenson (1982) menjelaskan ketersediaan P di dalam tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi seperti tersebut di bawah ini:
1)                     Melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral
2)                      Melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil dekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, Al (Fe)(H2O)3 (OH) 2 H2 PO4 + Khelat ===> PO4 2-(larut) + Kompleks AL-Fe- Khelat (Stevenson, 1982).
3)                     Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan asam fulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran;
4)                     Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah;
5)                     Membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah. Untuk tanah-tanah berkapur (agak alkalin) yang banyak mengandung Ca dan Mg fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2 dalam proses dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih meningkat, dengan reaksi sebagai berikut :
CO2 + H2O ====== > H2CO3
H2CO3 + Ca3(PO4)2 ====== > CaCO3 + H2PO4 –
Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga dapat berperan sebagai bahan pelarut batuan fosfat, sehingga fosfat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping akan melepaskan fosfor anorganik (PO4 3-) juga akan melepaskan senyawa-senyawa P-organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah, namun jika nisbah C/P tinggi lebih dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).
  Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-protein, merupakan cadangan S terbesar untuk keperluan tanaman. Mineralisasi bahan organik akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino penting yang mengandung sulfur penyusun protein (Mengel dan Kirkby, 1987). Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh jasad mikro. Belerang (S) hasil mineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi mantap selama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S akan dapat terlindung dari pembebasan cepat (Brady, 1990). Seperti halnya pada N dan P, proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka akan terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah, sedang jika nisbah C/S bahan tinggi yaitu lebih dari 400, maka justru akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S (Stevenson, 1982).

c.                      Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). Organisme tanah yang lain juga mendaur ulang (recycle) bahan organik tanah dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan yang mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain. Organisme memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti jamur dan bakteri. Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan, dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh, phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran organisme tanah ini dapat diserap oleh akar tanaman. Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi.
  Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah,
terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman.

2.                     Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup. Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
3.                     Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya). Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan rezim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah. Kemampuan humus menahan air dan ion hara melebihi kemampuan liat. Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.
a.                     Sifat dan Ciri Humus
1)                     Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
2)                     Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
3)                     Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
4)                     Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
5)                     Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
6)                     Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
7)                     Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
8)                     Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
b.                     Pembentukan Humus
  Sisa tanaman, hewan, dan organisme tanah merupakan substrat sintesis humus. Beberapa hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan mekanisme pembentukan humus antara lain:
1)                     Teori alterasi tanaman atau teori lignin-protein Waksman: lignin tidak bisa seluruhnya dimanfaatkan oleh mikroba, dan issanya menjadi bagian dari humus tanah. Lignin dimodifikasi oleh hidroksilasi dan oksidasi –OCH2 menjadi –COOH yang bereaksi dengan senyawa asam amino menghasilkan asam humat yang kemudian dioksidasi menjadi asam fulvat.
2)                     Teori reduksi gula (browning reaction): reduksi gula dan asam amino terbentuk sebagai produk sampingan metabolisme mikroba dan mengalami kondensasi non enzimatik untuk menghasilkan humus.
3)                     Teori quinon berasal dari lignin senyawa fenolik yang dilepaskan selama proses dekomposisi lignin mengalami konversi enzimatik menjadi quinon yang berkondensasi dengan senyawa amino untuk menghasilkan humus.
4)                     Teori sintesis mikroba: polifenol disintesis oleh jamur dan sumber karbon non-lignin seperti selulosa. Polifenol tersebut dioksidasi secara enzimatis menjadi quinon tanah berkondensasi dengan senyawa amino untuk menghasilkan humus.
4.                     Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
5.                     Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
B.     Organisme tanah
a.       Mikroorganisme
1.      Bakteri
Bakteri adalah
b.      Makroorganisme

C.     Ekologi dan penyebaran
Di dalam tanh, penyebaran bakteri umumnya lebih beragam dibanding organism tanah lainnya, diperkirakan lebih dari 200 genere. Bakteri dapat hidup pada tempat yang sebagian organism lainnya tidak dapat hidup, hal ini karena diversitas metaboliknya.

Terdapat 2 divisi utama bakteri ditinjau dari ekologinya, yaitu (1) indigenus (aoutochthonous); penghuni sebenarnya yang permanen, dan  (2) bukan penghuni atau pendatang (allochthonous); penyerang atau penjelajah; masuk ke tanah melauli surah hujan jaringan penyakit, kotoran ternak atau limbah; bakteri dapat tinggal dan tumbuh tetapi tidak jelas kontribusinya pada transformasi biologi selain 2 kelompok di atas dikenal juga kelompok Zymogenous mempunyai aktivitas tinggi jika residu segar ditambah ke dalam tanah.
-          Bakteri penting dalam tanah
Pseudomonas
Di dalam tanah jumlahnya berkisa 3-15 % dari populasi bakteri. Beberapa spesies juga merupakan bakteri denitrifikasi, dan beberapa spesies lainnya menghasilkan pigmen bercahaya (flourencent)
Arthobacter
Diperkirakan ada 15 spesies dalam genus Arthrobacter dan di dalm tanah jumlahnya berkisar 5-60% dari populasi bakteri (Hagedorn dan Holt, 1975). Rthobacter tumbuh optimum pada lingkungan netral sampai agak asam, tetapi keberadaannya berkurang seiring dengan makin meningkatnya keasaman tanah. Beberapa hasil penlitian menunjujkan kemampuan Arthobacter untuk remidiasi polusi bawah permukaan, karena kemampuan Arthobacter untuk mendegradasi herbisida seperti Glyphosate (N-phospomeyhyl-Glycine) dan Pentachlorophenol (PCPs) (Hagedorn dan Holt; 1975)
Rhizobium
Adalah bakteri penambat nitrogen yang hidup dalm tanah dan memberntuk asosiasi simbiotik dengan sel akar tanaman Legum. Spesies Rhizobium dapat menambat Nitrogen sebanyak 110 kg N2/ Ha Lahan pertanian per tahun. Hubungan simbiosis ini bersifat mulualistik yang berarti kedua organism memperoleh manfaat. Sel akar tanaman menyediakan hara dan karbohidrat untuk energinya bakteri, dan bakteri menyediakan senyawa Nitrogen yang ditambat.
Bradyrizhobium
Adalah bakteri aerob yang berbentuk batang. Bakteri ini biasanya toleran kondisi asam dan dapat tumbuh pada pH 4,5, tetapi tidak dapat tumbuh pada pH melebihi 9,0.
Azotobacter
Adalah bakteri heterothroph. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri penambat Nitrogen tanpa simbiosis. Azotobacter dijumpai tanah netral sampai basa, pada loingkungan perairan, pada rhizoper tanaman. Bakteri ini mamp  tumbuh pada berbagai macam karbohidrat, alcohol dan asam organik.
Agrobachterium
Adalah bacteri kemoorganotrof beberapa spesie juga merupakan bakteri denitrifikasi. Koloninya terbentuk dirozosfer bersama-sama dengan bakteri lainnya, diantranya Rhizobium.
Nitrosomonas
Adalah bakteri aeraob komolitothrotoph obligat berbentuk batang panjang. Cirri khas bakteri ini adalah mengoksidasi amoniak menjadi nitrit. Nitrosomonas juga lebih banyak dijumpai pada lingkungan netral sampai basa karena lingkungan asama menghambat nitrifikasi.
Nitrobachter
Adalah bakteri gram negative kemolitotroph fakultatif. Organism ini menggunakan nitrit sebagai donor electron, maka mereduksi senyawa nitrit menjadi amoniak (Sprent; 1987). Kebutruhan energy dan karbon dipenuhi melalui oksidasi nitrit menjadi amoniak dan melalui penambatan karbon dioksida.

Jamur
Belum ada kesepakatan umum tentang metode terbaik untuk klasifikasi jamur . sampai saat ini dikenal 5 kelas jamur , yaitu Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Deuteromycetes, dan Basidiomycetes. Basidiomycetes merupakan kelas jmaur terbesar yang menghuni berbagai macam habitat. Beberapa spesiesnya dapat berasosiasi dengan akar memberntuk mikoriza.beberapa Basidiomycetes berperan tenting dalam pelapukan seresah hutan, baik berupa daun maupun kayu.
Pada tanah-tanahberaerasi baik, jamur merupakan biomassa mikroba paling besar julahnya sebaran jamur di dalam profil tanah sangat ditentukan oelh ketersediaan karbon organic. Jika jamur memerlukan karbon dan oksigen, jamur biasanya dijumpai pada profil tanah bagian atas. Posisi spesies ini juga dipengaruhi oleh kepekaan CO2 (bagian atas, CO2 terhambat; bagian tengah, tidak peka; bagian bawah, tumbuh lebih baik dengan CO2 tinggi). Terdapat hubungan antara jamur dengan vegetasi penutup.
 Jamur berperan penting dalam kaitannya dengan dinamika air. Siklus hara, dan pengendalian penyakit. Bersama-sama dengan bakteri, jamur berperan penting sebagai organize perombak di dalam rantai makanna tanah. Jamur mengkonversi bahan organic yang keras utnuk dilumatkan menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh organism lainnya. Hifa jamur secara fisik mengikat partikel tanah, menghasilkan agregat stabil yang membantu membantu meningkatkan infiltrasi air dan kapasitas tanah menahan air.
Jamur tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok fungsional atas dasar memperoleh energinya:
1.      Perombak (dekomposer)
Merupakan jamur saprofit yang mengkonversi bahan organic mati, karbon dioksida, dan molekul-molekul kecil seperti asam-asam organic. Seperti bakteri, jamur ini penting dalam imobilisasi atau menahan hara dalam tanah. Selain itu, beberapa metabolit sekunder jamur adalah asam organic, sehingga membantu meningkatkan akumulasi bahan organic yang kaya humik yang resisten terhadap degradasi dan dapat tetap di dalam tanah sampai ratusan tahun.
2.      Mutualis
yang terkenal adalah jamur mikoriza yang menkoloni akar tanaman. Sebagai timbale balik penggunaan karbon tanaman, jamur mikoriza mmebantu melarutkan fosfor dan membawa unsure hara (fosfor, nitrogen, hara mikro, dan mungkin air) ke tanaman.
3.      Pathogen atau parasit
Menyebabkan produksi tanaman menurun, atau tanaman mati jika jamur jenis ini mengkoloni akar dan organism lainnya.

Jamur-jamur penting dalam tanah



Aspergillus
Aspergillus dijumpai pada berbagai habitat dan kondisi lingkungan yang berbeda, serta banyak dijumpai dalam tanah, udara dan lingkungan perairan. Aspergillus tahanpada kondisi kelembaban rendah dan temperature ekstrim

Fusarium
Fusarium adalah jamur saprofit yang dapat tumbuh pada jaringan tanaman, jaringan hewan dan tanah.

Penicilium
Penicilium adalah jamur saprofit aerob. Penicilium banyak dijumpai pada tanah tanah daerah sedang dan dapat bertahan hidup atau bahkan tumbuh pada lingkungan aktivitas air rendah. Jamur ini sering djumpai pada tanah yang mengandung bahan organic tinggi, terutama tanah-tanah hutan yang permukaanya tertutup oelh lapisan organic yang cukup tebal.

Trichoderma
Trichoderma dijumpai hampir di semua tanah pertanian dan lingkungan lainnya seperti kayu yang melapuk. Trichoderma mampu hidup pada tanah dengan pH 2,5-9,5, tetapi lebih menyukai lingkungan yang agak asam.

Saccahromyces adalah jamur bersel tunggal . saccaromyces mudah ditumbuhkan pada berbagai media yang mengandung karbon, nitrogen, vitamin dan mineral lainnya. Sacaromyces dapat dijumpai pada daun tanaman

Rhizopus
Rhizopus dapat dijumpai hampir disetiap kondisi lingkungan, tetapi paling dominan dijumpai pada tanah-tanah hutan, tanah-tanah budidaya pertanian, pada buah dan sayuran yang membusuk, pada kotoran hewan dan pada kompos.


Aktinomicetes
Aktinomicetes bukan organism fotosintesis tetapi organism yang tumbuh melalui dekomposisi bahan organic. Aktinomicetes menghasilkan metabolit geosmin-1, 10-metil-9-dekalol yang membuat bau pada tanah yang beru dioleh.Sebagian besar (90%) aktinomisetes dari tanah adalah Streptomyces dan sekitar 5-20% total mikroba juga Streptomyces. Aktinomisetes banyak di jumpai dalam tanah, kompos, lumpur sungai, dan dasar danau. Jumlahnya kedua terbanyak setelah bakteri (105-108/g). aktinomisetes menyusun 10-50% komunitas mikroba.


D.    Hubungan antara organisme tanah dengan bahan organik tanah

                  Arthropoda
Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol adalah springtail dan kutu.
Springtail merupakan serangga primitive (biasanya tanpa mata dan pigmen) berukuran panjang  < 1 mm, konsumen sisa tanaman/ hewan, kotoran, humus dan miselian jamur, hidup dalam pori-pori makro lapisan tanah bawah. Fauna ini menggunakan ekornya untuk melompat/bergerak, melalui mekanisme kembang-kerut (seperti per) bagian ujung bawah posteriornya.
Kutu (Arachnida) dicirikan oleh bentuk seperti kantong dengan apendik yang menonjol. Sebagian besar memakan serat organic mati, seperti hifa jamur dan benih, ada tang memakan predator dan cacing, serangg, telur, dan mikrofauna lain seperti springtail. Aktivitas kutu meliputi penghancuran dan perombakan bahan organic, kemudian translokasinya ke lapisan tanah bagian bawah dan dalam pemeliharaan ruang pori tanah.
Lipan dan kelabang (myriapoda) berbentuk memanjang dan mmepunyai beberapa pasang kaki, membuat sarang berupa timbunan dari hancuran batu/ kayu. Lipan merupakan saprophagous (pemakan jaringan organic mati) dan dapat bersarang pada miselia jamur, sedangkan kelabang yang berkaki lebih sedikit ketimbang lipan, merupakan pemakan daging (karnivora) fauna berukuran sebesar kepalanya.
Tampayak atau larva serangga sejenis kumbang coklat atau kutu busuk, berbentuk bulat, putih, dan panjang 1-2 cm, berkepala hitam, dan berkaki tiga pasang tepat di belakang kepala, mengerut setengah lingkaran juka terganggu. Makanan utamanya adalah rumput. Tetapi juga berbagai tanaman pertanian sehingga menjadi hama yang penting. Tempayak dan cacing merupakan makanan tikus (cit. Hanafiah, 2001)
Semut dapat menjadi hama tanaman, malahan di beberapa tempat dapat menyebabkan gundunya kawasan di sekeliling sarangnya. Di Barat Daya Amerika Serikat, Throp cit. Foth (1984) melaporkan bahwa terdapat sekitar 50 bukit semut pada setiap hektar tanah. Pada setiap bukit semut ini kawasan berdiameter sekitar empat meter menjadi gundul secara keseluruhan sekitar 6% permukaan lahan menjadi terbuka dan menjadi sasaran erosi tanah. Penggundulan kawasan ini juga dipicu oeh merosotnya benih-benih rumput/ tetanaman akibat dikonsumsi oelh semut-semut tersebut.
Bukit-bukit semut di prairie Wisconsin Barat (Foth, 1984) merupakan ahsil aktivitas semut –semut dalam mengangkut bahan-bahan tanah lapisan bawah ke permukaan, mirip dengan aktivitas cacing tanah. Bukit tanah yang terbesar mempunyai ketinggian sekitar 1 m dan diameter lebih dari 3 m. pada gundukan tanah setebal 15 cm dan berdiameter lebih dari 30 cm, ternyata bahan-bahannya berasal dari kedalam tanah  hingga 2 m. gundukan-gundukan tanah ini hampir menutupi 1,7 % permukaan lahan dan diperkirakan dapat tahan hingga 12 tahun. Aktifitas semut-semut inin menyebabkan tanah-tanah kawasan ini dicirikan oleh horizon A yang tebal, berwarna lebih gelap dan lebih banyak liat. Hal ini terkait dengan translokasi jaringan organic oleh semut kedalam tanah, yang kemudian dikonsumsi oleh jamur. Jamur ini merupakan makanan semut. Hal ini pula yang menyebabkan tinggi unsure hara di sekitar sarang semut (cit. Hanafiah,2001).
Rayap merupakan pemakan kayu, rayapdibantu oleh protozoalewat system pencernaannya. Sarang rayap dapat setinggi 3 m dengan diameter  10- 15 m, yang dilengkapi dengan lorong-lorong dalam tanah sedalam hampir 3 m. adanya aktifitas pembuatan lorong-lorong/ sarang oleh rayap, juga semut dan cacing merupakan factor kunci dalam translokasi hara/ bahan dari lapisan bawah ke lapisan atas tanah yang cukup berpengaruh terhadap kesuburan tanah di kawasan aktivitas ketiga jenis fauna tersebut (cit. Hanafiah,2002)
3.      Vertebrata
Vertebrata memepengaruhi tanah mirip dengan rayap dan semut, yaitu lewat aktivitas pembuatan sarang dan translokasi jaringan organic makanannya kedalam sarang/ lorong di dalam tanah, sehingga pengaruhnya terhadap kesuburan tanah mirip dengan pengaruh rayap dan cacing di atas. Gundukan sarang tikus tanah di Washington dan California dapat setinggi 0,5- 1 m dengan diameter 5-30 m dan bahan berasal dari loess (debu terbawa angin) dan pasir batu dari lapisan tanah sedalam hingga 2 m (cit. Hanafiah,2001)
4.      Bahan organic
Distribusi oraganik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organic hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai. Namun apabila cacing tanah sedikit, sengankan bahan organic segar banyak, pelapukannya akan terhambat, seperti terlihat di hutan dan padang rumput, di padang rumput beririgasi di Mew South Wales, Australia yang tanpa cacing tanah, akumulasi sisa rumput dapat setebal 4 cm, begitu cacning tanah diintroduksi akumulasi ini tidak lagi terjadi.